MAKASSAR — Forum Masyarakat Pemerhati Pendidikan (FMPP) Sulawesi Selatan menyoroti memanasnya dinamika yang terjadi di Universitas Negeri Makassar (UNM) dalam beberapa waktu terakhir.
Koordinator FMPP Sulsel, Muhammad Rafii, menilai bahwa eskalasi perdebatan di internal kampus telah melampaui batas kewajaran dan berpotensi merusak marwah institusi pendidikan tersebut.
Menurut Rafii yang juga alumnus UNM Makassar itu, situasi yang berkembang menunjukkan adanya kelompok-kelompok tertentu yang sengaja mengangkat isu, opini, dan narasi seputar netralitas dan kriminalisasi civitas akademika.
Ia menilai gerakan tersebut tidak muncul secara spontan, melainkan memiliki motif dan kepentingan yang perlu dicermati.
“UNM itu kampus besar dengan reputasi yang menjadi rebutan pengaruh. Ketika ada kelompok yang terkesan sangat aktif mengacaukan suasana, biasanya ada dua kemungkinan: mereka sedang menekan pimpinan kampus atau mencoba menunggang isu publik demi tampil sebagai pihak bermoral, ” ujarnya.
Rafii yang pernah aktif sebagai pengurus BEM FIK maupun BEM UNM periode 2011-2013 itu menegaskan bahwa bahaya terbesar muncul ketika kampus diposisikan sebagai arena pertarungan kepentingan.
Dalam kondisi seperti itu, katanya, ilmu pengetahuan akan terpinggirkan, sementara mahasiswa dan dosen justru dijadikan alat untuk kepentingan kelompok tertentu.
“Jika dibiarkan, yang rusak bukan hanya nama UNM, tetapi juga kepercayaan publik. Kampus bisa kehilangan esensinya sebagai pusat keilmuan, ” tambahnya.
Ia mengingatkan bahwa UNM merupakan institusi besar yang telah melahirkan ribuan lulusan, mulai dari sarjana hingga profesor. Karena itu, kata dia, kampus tidak boleh dibiarkan menjadi objek tarik-menarik kepentingan politik internal.
Rafii mendorong agar seluruh masalah diselesaikan melalui mekanisme akademik dan forum resmi yang berbasis data, bukan melalui opini liar atau desas-desus yang berkembang di ruang publik.
“Ekosistem akademik harus dikembalikan ke relnya. Kebenaran diuji dengan data, bukan dengan bisik-bisik. Nakhoda kampus harus tenang, dan seluruh civitas harus berada dalam satu barisan untuk menyelamatkan marwah institusi, ” tegasnya.
Ia memastikan bahwa dinamika yang terjadi masih akan terus berkembang dan FMPP Sulsel akan terus memantau setiap perkembangan yang berkaitan dengan kepentingan dunia pendidikan di Sulawesi Selatan. (*)

SM Network